Mengenal “Father Hunger”, Agar Tidak terjadi Pada Anak

Date:

Father hunger adalah ketidakhadiran sosok ayah, baik secara fisik dan ataupun secara psikologi dalam kehidupan anak. Kondisi ini akan berpengaruh pada tumbuh-kembang anak, karakter, rasa percaya diri, dan cara anak berelasi ketika dewasa.Pertama kali saya mendengar istilah “father hunger” atau “fatherless” adalah saat instagram live dari Parentalk. Instagram live ini menghadirkan psikolog Daniar Dhara Fainsya, M.Psi, Psikolog.

Dari sinilah, saya tahu dan menjadi paham istilah ini. Setelah mengikuti penjelasan tersebut saya langsung manggut-manggut. Maksudnya jadi mengerti dan paham bahwa hal ini bisa terjadi pada siapapun.

Pernahkah Anda mendengar istilah “Father Hunger” atau Lapar Ayah? Di Indonesia sendiri fenomena ini disebut sebagai Fatherless Country. Saat ini, banyak keluarga yang terjangkit fenomena ini. Salah satu sebabnya karena sosok kepala keluarga kurang banyak berperan dalam pendidikan anak di usia dini.

Fenomena “Father Hunger” ini dapat dibagi menjadi dua golongan:

  • Ketidakhadiran sang ayah secara fisik, misalnya: ayah yang bercerai dengan ibu atau meninggal dunia
  • Ayah yang hadir, tetapi tidak banyak terlibat. Meski tinggal serumah, tetapi ia tidak memiliki banyak waktu untuk bergaul dengan anak-anak.

Seperti yang kita ketahui jika ayah merupakan sosok yang sangat istimewa, di dalam kekuatannya terdapat kelembutan. Di dalam ketegasannya terdapat kasih sayang yang tak terkira. Di dalam diamnya terdapat amarah, namun dibalik amarahnya cinta beliau begitu besar.

Lalu Apa Manfaat Ketika Anak Dekat Dengan Ayahnya?

Anak yang dekat dengan ayahnya cenderung menjadi pribadi yang percaya diri dan mudah beradaptasi dengan lingkungan luar. Karena bagi anak-anak, ayah adalah sosok misterius karena jarang pulang. Namun ketika seorang ayah bisa menjalankan perannya, maka anak akan menyimpulkan bahwa dunia luar aman baginya.

“Father hunger” bisa terjadi pada anak dengan ayah yang hadir secara fisik, namun tidak secara mental karena abussive dan tidak peduli anak. Atau bisa juga, ayah hadir namun ayah terlalu sibuk dengan handphone dan tak mau terlibat sama sekali dalam pengasuhan anak.

Sebaliknya, ada ayah yang tidak bisa hadir secara fisik, namun tetap hadir secara mental untuk anak-anaknya. Hal ini mengingatkan saya pada buku Sabtu Bersama Bapak yang ditulis Adhitya Mulya.

Dalam buku tersebut diceritakan seorang ayah yang meninggal karena kanker. Namun, sebelum meninggal, ayah ini sempat membuat seri rekaman video yang berisi pesan dan nilai kehidupan untuk kedua anak lakinya.

Kalau membaca bukunya atau melihat filmnya, kita akan tahu bahwa sosok ayah ini selalu hadir di setiap fase kehidupan anak melalui video yang diputar setiap hari Sabtu.

Jadi, “father hunger” ini tak bisa digeneralisasi berdasar faktor kehadiran fisik semata. Banyak contoh anak yang ayahnya meninggal, namun sang ibu mampu menjadi single parent dan menggantikan sosok ayah.  Ada juga pasangan yang bercerai, namun tetap bersama-sama bertanggung jawab dan bergantian mengasuh anak.

Umumnya, kita menganggap bahwa tanggung jawab pengasuhan itu terletak di pundak para ibu. Ayah bertugas untuk bekerja mencari nafkah keluarga, padahal senyatanya tidak begitu. Ayah harus berperan dalam pengasuhan anak.

Seringkali, kita pun terjebak pemikiran serupa. Coba cek WA grup sekolah anak, banyak ibu-ibu kan? Bahkan hanya beberapa ayah yang bergabung. Atau saat terima rapor dan acara sekolah (selain kelulusan), lebih banyak ibu-ibu yang hadir.

Hal itu tak sepenuhnya salah karena seringnya ibu yang punya waktu. Namun tak bisa dipungkiri bahwa pola pikir kita pun masih seperti itu, “ibu mengurus anak, ayah bekerja”.

Saat anak kekurangan peran ayah dalam hidupnya, maka hal ini pun bisa berdampak pada banyak hal yaitu membuat anak jadi sulit mengambil keputusan, kemampuan adaptasinya kurang baik, cenderung kesulitan untuk berpikir secara objektif, tak terlalu punya daya juang, munculnya trust issue bahkan tidak menutup kemungkinan membuatnya jadi depresi.

Untuk mencegah hal ini tentu anak sangat perlu sosok ayah dalam hidupnya. Meski sibuk bekerja atau sudah berpisah dengan pasangan, tetapi jangan lupa untuk mendampingi anak secara penuh baik secara fisik maupun secara emosional. Ayah mempunyai peran yang tak tergantikan dalam hidup anak, oleh sebab itu luangkanlah waktu bersama buah hati.

 

 

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Share post:

Subscribe

spot_imgspot_img

Popular

More like this
Related

Erick Thohir Minta PPA dan Danareksa Tangani Indah Karya yang Terlilit Utang

JAKARTA, INSIDETRAVELER.ID - Menteri BUMN Erick Thohir meminta PT Perusahaan Pengelolaan...

13 Permintaan Anak Yang Jarang Mereka Ucapkan, N0.12 Paling Fatal

JAKARTA, INSIDETRAVELER.ID - Pernahkah Anda melihat orang tua membentak...

Menebar Kebaikan, Vasaka Hotel Jakarta Berbagi Di Bulan Ramadhan

JAKARTA, INSIDETRAVELER.ID - Sabtu 23 Maret 2024, Vasaka Hotel...

Sambut Iftar Ramadhan dengan “Rasa Rempah Nusantara” di Vasaka Hotel Jakarta

JAKARTA, INSIDETRAVELER.ID — Memasuki bulan Suci Ramadhan yang akan berlangsung...