LUWUK, INSIDETRAVELER.ID – Salah satu pemain baru dalam dunia spa adalah Aphrodite Spa yang dimiliki ibu dari dua orang anak dengan inisial MYSR, spa yang berada di Swiss Bel Inn Luwuk ini tidak mengantongi ijin sesuai peraturan dengan jenis spa tirta 1.
Spa ini beroperasi dihotel tersebut sejak akhir November dengan system kontrak selama 1 tahun.
Jika ditanyakan dengan pemilik spa ini mungkin tidak dapat menunjukan persyaratan administratif seperti : kelengkapan admistrasi berupa CV atau akte notaris pendirian perusahaan, NPWP Perusahaan, Domisisli, SIUP dan TDP, TDUP, Undang – Undang Gangguan, izin keramaian dari Kepolisian dan sertifikasi profesi untuk terapis, redaksi sangan yakin jika pemilik tidak akan dapat memperlihatkan surat izin dan kelengkapan admistrasi.
Spa di hotel yang tidak memiliki izin bisa melanggar aturan. Menurut UU Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan, spa termasuk usaha pariwisata.
Spa merupakan perawatan badan yang dapat dilakukan dari ujung rambut hingga ujung kaki. Selain pijat seluruh tubuh, spa juga menawarkan berbagai layanan lain, seperti creambath, facial, lulur, body scrub, manicure-pedicure, dan foot spa.
Dari segi perizinan, sekitar 47,06 persen usaha spa telah mengantongi izin dengan benar; sebaliknya masih ada sekitar 24,43 persen tanpa izin. Hal macam ini semestinya bisa dibereskan lewat mekanisme Pelayanan Terpadu Satu Pintu—proses perizinan yang memangkas rantai birokrasi yang biasanya berbelit-belit.
Di tingkat nasional, angkanya lebih parah. Dari data BPS yang sama, untuk 1.236 jenis usaha spa, ada 66,26 persen tanpa badan hukum, dan hanya 39,48 persen bisnis spa yang memegang izin secara benar.
Pendek kata, dari data ini, kita bisa menarik kesimpulan bahwa bukan usaha spa itu sendiri yang pertama-tama jadi biang masalah, melainkan minimnya upaya ekstra pemerintah untuk proaktif menata izin-izin bisnis ini. Sebab, bila tanpa ada pengembangan dan penataan, tentu usaha spa cenderung menjadi liar dan ilegal. Gilirannya, pemerintah sembunyi tangan dan, untuk menutupi kelemahannya, justru melempar tuduhan bahwa bisnis ini jadi tempat praktik transaksi seksual.