Industri properti tahun lalu menghadapi tantangan berat. Hal ini karena dipengaruhi oleh kondisi ekonomi secara umum, baik di dalam negeri maupun global. Dari dalam negeri, industri properti terimbas oleh laju investasi, kinerja ekspor yang melambat.
Adapun dari lingkup global, faktor yang memengaruhi di antaranya dampak perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, penurunan harga komoditas, serta perlambatan ekonomi di banyak negara.
Lalu seperti apa bisnis properti di tahun-tahun akan datang? Apakah para pelaku usaha properti masih memiliki optimisme? Berikut petikan wawancara Shelo Soedarjo, Anna Qolby, dan Saut Hutabarat dari Inside Traveler Magazine bersama Mantan Dirut Perumnas Latief Malangyudho diruang kerjanya.
Pada tahun 2002 saat Anda diangkat menjadi Dirut Perum Perumnas, apa yang Anda pikirkan dan lakukan karena adanya demo karyawan?
Pada saat itu tetap saya temui perwakilan demo, saya jelaskan semua apa yang terkait tuntutan karyawan sehingga perwakilan pendemo mengerti. Saya paham demo itu terjadi karena ada beberapa orang yang tidak suka dengan saya.
Sebagai pengamat dan mantan Dirut Perum Perumnas bagaimana menurut Anda dukungan pemerintah terhadap sektor perumahaan di Indonesia?
Pemerintah harusnya bisa mengalihkan subsidi BBM yang besar untuk penyediaan perumahan murah. Seharusnya, industri properti yang ada saat ini dikendalikan dan diatur secara ketat oleh pemerintah, sehingga keuntungan yang ada juga akan masuk ke negara.
“Properti dikendalikan profitnya pemerintah. Jangan kayak sekarang, developer beli Rp 1 juta jualnya Rp 10 juta, seperti di Pantai Indah Kapuk, karena tak diatur pemerintah, dilepaskan semuanya kepada mekanisme pasar,”
Seharusnya pemerintah menerapkan subsidi langsung kepada masyarakat berpenghasilan rendah agar mampu membeli rumah, seperti yang dilakukan oleh pemerintah Singapura.
Motivasi untuk anak muda agar tidak gampang menyerah ?
Kalau mau sukses itu jangan menjadi pribadi yang cengeng, harus menjadi pribadi yang kuat. Kita harus mengkuatkan pikiran kita mau belajar hal-hal yang baru, membuka pikiran kita ke kesempatan yang baru di sekitar kita. Kuatkan juga hati kita, jangan pernah menyerah, baru di tolak sekali atau kecewa sekali, seakan dunia ini runtuh. Jangan seperti itu dan juga kuatkan iman. Apapun juga kepercayaan kita sertakan karena Tuhan selalu berada di dalam kehidupan kita sehari-hari. Jadi kalau kita menjadi pribadi yang kuat dengan punya pikiran yang kuat, hati yang kuat, iman yang kuat saya yakin apapun juga yang mereka inginkan dengan doa dan usaha pasti bisa berhasil.
Apa visi Anda untuk dunia property?
Meskipun berbagai insentif dan program ditawarkan untuk mendorong pembangunan perumahan massal yang terjangkau, sektor perumahan Indonesia masih belum mampu mengimbangi pertumbuhan populasi dan permintaan pasar. Indonesia membutuhkan sekitar 1,5 juta rumah baru setiap tahun ditambah dengan backlog perumahan besar-besaran yang mencapai 13,5 juta unit. Tanpa terobosan yang signifikan, banyak yang khawatir generasi milenial Indonesia tidak akan mampu memiliki properti.
Setiap orang berhak atas rumah yang aman dan berkualitas untuk ditinggali: dapat mengubah kualitas hidup individu dan keluarga. Perumahan yang terjangkau dapat mendukung gaya hidup.
Fokus dan visi saya adalah untuk memenuhi permintaan pasar dengan mengembangkan perumahan/komunitas perumahan yang terjangkau dan berkelanjutan yang menawarkan fasilitas layak bagi masyarakat Indonesia untuk mewujudkan impian mereka.
Apa arti sukses untuk Anda?
Sukses itu menurut saya semua yang kita lakukan memberikan arti dan manfaat kepada semua, mulai dari keluarga, perusahaan hingga masyarakat. Kalau kita sudah bisa memberikan kontribusi dan manfaat kepada semua, itu yang saya namakan sukses secara pribadi. “Don’t wait for the perfect moment, take the moment and make it perfect.” Karena hanya kita yang bisa membuat perubahan ke arah positif untuk masa depan yang lebih baik lagi.
Merasa bersyukur seringkali dilupakan, padahal syukur merupakan unsur emosi yang sangat penting dalam hidup kita.
Tanpa bersyukur, kita tidak akan pernah puas.
Tanpa bersyukur, kita merasa tidak mampu.
Tanpa bersyukur, kita tidak menghargai hubungan relasi kita.
Tanpa bersyukur, kita sering menganggap remeh hal-hal di sekitar kita.