JAKARTA, INSIDETRAVELER.ID – Sebuah langkah antisipasi dalam bentuk konkret diinisiasi kembali oleh pemerintah. Dengan membawa cita-cita lama tentang perpindahan ibu kota ke tempat yang baru, akhirnya sekarang sedang berusaha untuk direalisasikan. Berbagai pro dan kontra serta pertimbangan mewarnai momen perpindahan ibu kota ini.
Secara de facto, Jakarta ditetapkan sebagai ibu kota Indonesia sejak 1945. Tahun di mana terjadinya peristiwa kemerdekaan dan proklamasi. Lalu pada tanggal 28 Agustus 1961 Jakarta kembali ditetapkan sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 1961 secara de jure. Melihat umur Jakarta yang sudah tidak muda lagi membuatnya menjadi satu dari sekian banyak alasan yang ada. Di samping itu masih ada beberapa alasan kenapa akhirnya harus pindah dari Jakarta.
Pertama, pemerintah ingin memiliki ibu kota yang menerapkan konsep smart, green, dan beautiful city untuk meningkatkan kemampuan daya saing secara regional mapun internasional.
Kedua, memiliki ibu kota negara yang merepresentasikan identitas bangsa kebhinekaan dan penghayatan terhadap Pancasila.
Ketiga, mengubah mindset pembangunan dari Jawa Sentris menjadi Indonesia Sentris.
Keempat, mendorong pemerataan pembangunan ke wilayah Indonesia bagian timur.
Kelima, meningkatkan pengelolaan pemerintah pusat yang efisien dan efektif. Dan yang keenam adalah, mengurangi beban Jakarta dan Jabodetabek.
Perpindah ibu kota dari Jakarta menuju Provinsi Kalimantan Timur pasti sudah dipikirkan secara matang. Secara langsung momen ini juga pasti akan membawa beberapa dampak baik dan buruk bagi bangsa ini secara keseluruhan.
Jika dibedah beban yang dimiliki oleh Jakarta sangat kompleks. Mulai dari menjadi ibu kota negara, pusat birokrasi sampai pusat perdagangan. Yang mana membuat Jakarta cukup kewalahan di umur yang sudah tua ini.
Untuk itu salah satu sampak baik yang dihasilkan terkait dari pemindahan ibu kota ini adalah berkurangnya beberapa beban Jakarta untuk ke depannya. Belum lagi dari sisi ekologinya, Jakarta lumayan kerepotan.
Dengan adanya perpindahan ini juga membawa ribuan pegawai pemerintahan yang selama ini mendiami ibu kota. Jakarta akan jauh lebih lega, udara menjadi lebih bersih dan ini bisa menjadi salah satu solusi paling tepat untuk mengurangi kemacetan.
Selain dampak baik yang dirasakan oleh Jakarta. Hal baik juga akan bisa dirasakan oleh sektor pariwisata nasional. Mengutip pernyataan Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) Azril Azahari, beliau mengatakan bahwa selama ini kontribusi terbesar sektor pariwisata terhadap kunjungan wisatawan di Indonesia berasal dari Bali sebesar 40%. Lalu, 30% dari Jakarta, 20% dari Kepulauan Riau, serta 10% dari wilayah lainnya.
Menurutnya, dengan dipindahnya lokasi Ibu Kota ke Kalimantan Timur diyakini akan berkontribusi pada kunjungan wisatawan sebesar 30% hingga 40%. Menurutnya, selama ini destinasi wisata di Kalimantan Timur belum dikelola, digali, dan dipromosikan dengan maksimal sehingga masih belum bisa berkontribusi pada sektor pariwisata Indonesia secara baik dan masif. Karena beliau juga yakin bahwa pariwisata di Kalimantan Timur itu banyak tapi pengelolaanya belum maksimal. Terdapat ikan lumba-lumba air tawar, orang hutan, ekowisata mangrove, hutan tropis, tanah gambut, dan lain lain.
Belum lagi budaya dan tradisi yang dimiliki oleh Kalimantan Timur serta panorama dan penampakan alam akan menjadi daya tarik baru yang pasti akan memberikan pengalaman baru dan menarik bagi wisatawan nantinya. Hal ini akan menjadi menarik karya kemungkinan besar atraksi dan sungguhan wisata yang disajikan akan mengundang begitu banyak wisatawan untuk datang.
Perkembangan wisata di Kalimantan Timur akan berkembang dengan baik seiring dengan pembangunan infrastruktur jalan, perkotaan, dan berbagai fasilitas umum. Akses menuju tempat-tempat wisata akan jadi jauh lebih muah dan efisien serta efektif. Rencana ibu kota baru akan mulai bisa dipakai ketika tahun 2024 akhir.
Masih ada waktu untuk berbenah dan bersiap-siap menghadapi tren wisata baru. Karena adanya pandemi juga sedikit menggeser tren wisata yang ada di Indonesia. Dan Kalimantan Timur diharapkan dapat siap dengan tren wisata yang baru. Memang perlu waktu untuk melakukan adaptasi, tapi jika melibatkan seluruh lapisan masyarakat akan menjadi pekerjaan yang jauh lebih mudah.
Dalam menghadapi berbagai perkembangan yang akan terjadi, tentunya diperlukan persiapan besar-besaran guna menghadapi perbedaan yang akan ditumbulkan. Pemberdayaan sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) harus dilakukan agar tidak kaget menghapinya berbagai hal baru. Karena pariwisata adalah sebuah bidang atau industri yang memerlukan keterampilan dan keahlian untuk memberikan sebuah pelayanan yang prima.
Semoga apa yang sedang direncanakan dan dibangun secara perlahan mampu menghasilkan pencapaian yang baik dan memberikan perubahan menuju arah yang positif secara signifikan.
Dan akan menjadi hal yang jauh lebih baik jika dampak positif juga turut dirasakan oleh ibu kota baru. Kemudian kita harus berharap agar berbagai lahan baru dan ekosistem asli tidak merasa terganggu dan jangan sampai justru kita mengeksploitasi kekayaan alam yang di sana.
Mari manfaatkan secara bijak dan bertanggung jawab. Sebagai traveler, kamu juga bisa mulai mencari tahu dan mempromosikan berbagai obyek wisata di provinsi ini agar makin banyak orang yang terbuka pemahamannya.